Suci Fajarwati Ramadhan
18113656
3KA07
Aspek
Penalaran dalam Karangan
Penalaran merupakan
suatu cara seseorang menggunakan pola pikir yang logis untuk menarik kesimpulan
sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan mengemukakannya kepada
oranglain. Sedangkan menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai
suatu topik kita harus berpikir, mcnghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan
mepertentangkan dan sebagainya.
Dalam sebuah karya
tulis ilmiah terdapat 5 aspek penalaran
yaitu :
1. Aspek Keterkaitan
Aspek Keterkaitan adalah bagian dalam karangan
ilmiah yang harus saling berhubungan satu sama lainnya. Pada pendahuluan
misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah – tujuan – dan
manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian
landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus berkaitan juga
dengan kesimpulan.
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan atau
ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat
pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir
tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum.
Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk
membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di
akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup
karangan ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Aspek Agrumentasi yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta,
analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal
yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan
argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat
atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan
mendalam.
4. Aspek Teknik Penyusunan
Aspek Teknik Penyusunan yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai,
apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan
tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman
terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus
dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Aspek Bahasa
yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut. Karangan ilmiah
disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak
tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih
untuk karangan ilmiah akademis.
Dari prosesnya,
penalaran dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Penalaran lnduktif
Penalaran induktif adalah proses
penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum
berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai sernua
atau sebagian dari gejala serupa itu. Contoh:
Berdasarkan pengalaman, seorang ibu
dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa
lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
Analogi kesimpulan tentang kebenaran suatu
gejala ditarik berdasarkan pengamatan terhadap sejurnlah gejala khusus yang
bersamaan. Contoh:
Dalam riset medis, para
peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen
binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan
karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan
bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi
pada manusia.
Hubungan sebab akibat (kausal)
ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab
akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat. Contoh:
Ketika seorang ibu
melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang
dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal
(sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
2. Penalaran Deduktif
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar
untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar
itu.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan
dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan
yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung
didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian
yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis
adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung
term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisi yang dianggap
benar bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung
term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi
atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu.
Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh
kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya. Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.
Entinem
Entinem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan
bagian silogisme yang dianggap telah dipahami. Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari
orang yang
sedang kesusahan.
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir.
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang
kesusahan.
kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem,
maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah
orang yang sedang kesusahan.
REFERENSI
https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/
http://penalaran-dalam-karangan.blogspot.co.id/
http://iqbalkhazim.staff.gunadarma.ac.id